Khutbah Jumat
Masjidil Aqsha
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ والبَرَكَاتُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Jama’ah Jumat yang semoga dirahmati Allah Ta’ala
Pada kesempatan kali ini, izinkan kami selaku khatib untuk membawakan khutbah bertemakan masjidil aqsha. Beberapa di antara hal yang perlu diketahui, di antaranya:
Pertama: Di sana isra’ Rasulullah ﷺ dari masjidil haram, dan dari situ pula mi’raj (naik) ke langit hingga sampai ke sidratul muntaha untuk menerima perintah shalat lima waktu.
Allah Ta’ala berfirman,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. [Qs. Al-Isra’: 1]
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ
Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri (Baitul Maqdis) yang Kami beri berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. [Qs. Al-Anbiya’: 81]
Kedua: Masjid kedua yang dibangun setelah masjidil haram
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ: أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلُ؟ قَالَ: الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى, قُلْتُ: كَمْ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: أَرْبَعُونَ سَنَةً
Abu Dzar al Gifari radhiallahu anhu bertanya kepada Rasulullah ﷺ: ”Wahai Rasulullah, Masjid apakah yang pertama kali dibangun di permukaan bumi?”, beliau menjawab: ”al-Majidil haram”, Abu Dzar lanjut bertanya: ”Kemudian masjid apa?”, beliau menjawab: ”Masjid Aqsha”, Abu Dzar bertanya: ”Berapa lama antara (pembangunan) keduanya?”, beliau menjawab: ”Empat puluh tahun” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Nabi Adam alaihis salam yang pertama kali membangun masjidil aqsha dibantu oleh anak-anaknya, dalam riwayat lain bahwa yang membangun pertama kali adalah malaikat, kemudian direnovasi kembali oleh Nabi Ibrahim dilanjutkan Nabi Ishaq dan Ya’qub alaihimussalam. Lalu datang Nabi Sulaiman alaihis salam merenovasi masjidil aqsha sesuai pondasi yang telah dibangun oleh Nabi Adam alaihis salam.
Rasulullah ﷺ bersabda
لمَّا فرغَ سُلَيْمانُ بنُ داودَ من بناءِ بيتِ المقدِسِ سألَ اللَّهَ ثلاثًا حُكْمًا يصادفُ حُكْمَهُ وملكًا لا ينبغي لأحدٍ من بعدِهِ وألَّا يأتيَ هذا المسجدَ أحدٌ لا يريدُ إلَّا الصَّلاةَ فيهِ إلَّا خرجَ من ذنوبِهِ كيومِ ولدتْهُ أمُّهُ فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أمَّا اثنتانِ فقد أُعْطيَهُما وأرجو أن يَكونَ قد أُعْطيَ الثَّالثةَ
”Ketika Sulaiman bin Daud merampungkan pembangunan Baitul maqdis, beliau memohon kepada Allah tiga perkara: menetapkan hukum (perkara) sesuai dengan ketetapan hukumNya, diberi kerajaan yang tidak akan diberikan kepada orang setelahnya, dan siapa saja yang datang ke masjid ini, tidak memiliki tujuan lain kecuali shalat padaNya maka ia akan terbebas dari dosa-dosanya sebagaimana ketika ia dilahirkan oleh ibunya”. Lalu beliau bersabda: ”Dua perkara telah dikabulkan untuknya, dan aku harap permintaan yang ketiga pun dikabulkan”. (HR. An Nasai dan Ibnu Majah dishahihkan al Albani)
Ketiga: Di antara tempat yang dikecualikan paling ditekankan untuk mengunjunginya, dan shalat di dalamnya berlipat ganda pahalanya.
Rasulullah ﷺ bersabda,
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى
“Tidaklah ditekankan untuk bersafar kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, Masjidilharam, Masjid Rasul ﷺ dan Masjidilaqsha”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata,
تَذَاكَرْنَا وَ نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهُمَا أَفْضَلُ أَمَسْجِدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صلاَةٌ فِيْ مَسْجِدِيْ أَفْضَلُ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ فِيْهِ
“Kami saling bertukar pikiran tentang, mana yang lebih utama, masjid Rasulullah ﷺ atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah ﷺ. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda : “Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya” (HR Ath-Thabrani dan Al-Hakim)
Artinya bahwa shalat di masjidil aqsha lebih baik 250 kali lipat dari shalat di masjid lain, karena jika shalat di masjid nabawi 1000 kali lipat lebih baik maka 1/4 dari itu adalah 250, dan dalam riwayat lain disebutkan sampai 500 kali lipat.
Keempat: Qiblat pertama kaum muslimin sebelum berkiblat ke kabah. Allah Ta’ala berfirman,
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Orang-orang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Muhammad), “Milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.” [Qs. Al-Baqarah: 142]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُصَلِّى وَهُوَ بِمَكَّةَ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَالْكَعْبَةُ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَبَعْدَ مَا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا ثُمَّ صُرِفَ إِلَى الْكَعْبَةِ
Ibnu Abbas radhiallahu anhumaa berkata: ”Dahulu, ketika masih di Mekah, Rasulullah shalat menghadap Baitul maqdis, sementara Ka’bah di hadapannya, hingga setelah beliau hijrah ke Medinah selama enam belas bulan, kemudian ia (kiblat) dialihkan ke Ka’bah” [HR. Ahmad].
Kelima: Masjidil Aqsha adalah milik umat Islam, merekalah pewaris masjid mulia ini.
“Namun, orang orang Yahudi ingin merampas paksa aset ini dari umat Islam. Berbagai macam makar dan upaya yang mereka lakukan untuk itu, sejak sekitar tahun 1948 M, ketika mereka menduduki wilayah Baitul maqdis. Mulai dari sengaja membakar masjid Aqsha, lalu menduduki beberapa bagian darinya dan menjadikannya tempat ritual agamanya, misalnya tembok ratapan, melarang umat Islam masuk dari beberapa pintunya dan hanya diizinkan bagi orang Yahudi untuk masuk, menggali lubang dan terowongan di bawah masjid Aqsha yang hingga sekarang kedalamannya mencapai 60 m, menyebabkan banyak bagiannya retak dan dengan gempa ringan dapat menyebabkan masjid runtuh. Alasan mereka menggalinya adalah anggapan mereka bahwa di atas tanah masjid Aqsha telah dibangun Haikal Nabi Sulaiman, yang beliau bangun sebagai tempat ibadah bagi orang orang Yahudi, kemudian Haikal itu telah dihancurkan dan dibangun di atasnya masjid Aqsha, sehingga mereka ingin membangunnya kembali, sebab ia adalah tempat ibadah terpenting bagi umat Yahudi. Namun semua itu hanyalah klaim, tanpa ada bukti ilmiah selain kitab-kitab mereka yang telah diotak-atik sendiri, dan terdapat banyak hal yang kontroversi antar kitab-kitab tersebut terkait Haikal Sulaiman. Penggalian untuk mencari peninggalan Haikal itu telah dimulai sejak tahun 1968 M hingga hari ini, namun tidak ada sedikit pun bukti yang menguatkan keberadaannya, justru sebaliknya, semakin menguatkan dongeng palsu mereka.
Betapa panjang derita saudara saudara kita umat Islam di Gaza akibat penjajahan orang orang Yahudi Israel yang ingin merebut negeri mereka, dan yang terburuk, mereka ingin merampas masjid Aqsha dari umat Islam. Masjid Aqsha bukan hanya miliki warga Gaza, atau bangsa Palestina, tapi milik seluruh umat Islam, sehingga kita wajib membela dan mendukung saudara saudara kita yang terus berjuang menghalau kaum Zionis yang ingin merampas masjid Aqsha dan mengusir mereka dari negerinya.Kaum Zionis itu mengotori kesucian masjid Aqsha, bahkan sampai menumpahkan darah mereka secara brutal.” (Sumber: Markaz Inayah)
Jamaah Jumat yang berbahagia
Demikian khutbah pertama ini, masih banyak hal tentang tempat mulia ini, semoga Allah Ta’ala menolong saudara-saudara kita kaum muslimin yang lemah di mana pun berada terutama di Palestina dan negeri lainnya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبۡحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا یَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
Penulis: Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia