Masalah Palestina kembali muncul dalam Konferansi Tingkat Tinggi OKI (Organisasi Konferensi Islam) VIII di Teheran, Iran. Dalam pidatonya, tanggal 12 Desember 1997 di hadapan para wakil 55 negara anggota OKI, pemimpin Palestina Yasser Arafat mengharapkan dukungan dari para peserta KTT OKI untuk membantu menyelamatkan kota Yerusalem dari kekuasaan Israel. Pemerintahan Israel melalui kebijakan-kebijakan “untuk me-Yahudikan Yerusalem” telah menginjak-injak perasaan umat Islam di dunia. Yerusalem Timur yang direbut dan diduduki Israel pada tahun 1967, adalah kota tempat suci ketiga umat Islam, karena di tempat itu berdiri dengan megah Masjidil Aqsha. Namun sejak Benyamin Netanyahu tampil sebagai penguasa di Israel, keberadaan Yerusalem Timur makin terancam. Melalui kebijakan garis kerasnya Benyamin Netanyahu gencar membangun pemukiman-pemukiman Yahudi di kawasan Yerusalem Timur. Pada bulan Maret 1997, pemerintah Israel juga memerintahkan pembangunan 30.000 unit rumah bagi warga Yahudi di bukit Abu Gheneim, Yerusalem Timur. Israel juga berusaha untuk memisahkan Yerusalem Timur sebagai calon ibukota Negara Palestina merdeka.
Selain kendala di atas, bangsa Palestina juga menghadapi permasalahan di dalam tubuh PLO sendiri. Walaupun PLO sudah diterima oleh masyarakat Palestina dan masyarakat internasional, tetapi organisasi ini berada dalam kondisi yang sangat rapuh. Pertentangan sering terjadi antara anggota PLO terdiri dari berbagai kelompok di mana satu sama lain mempunyai orientasi politik yang berbeda, bahkan ada yang bertentangan.
Kelompok Al-Fatah lebih cenderung berorientasi politik berpola moderat, sedangkan PFLP cenderung pada garis keras atau radikal. Memang sesungguhnya dalam tubuh organisasi PLO menyimpan bibit perselisihan yang amat potensial di antara anggotanya sendiri. Kondisi demikian sangat merugikan bagi organisasi PLO dan menghambat tercapainya tujuan perjuangan mereka. untuk mengatasi hal tersebut langkah yang perlu ditempuh secara dini oleh PLO adalah melakukan konsolidasi diri. Untuk itu antara kelompok yang saling bertentangan perlu menyelaraskan kepentingan satu dengan yang lainnya.
Meskipun secara politik Yasser Arafat dengan PLO-nya menduduki posisi resmi, namun dalam praktek ia tidak bisa mengesampingkan peranan kelompok HAMAS (Harkah Al-Muqowama Al-Islamiyah) di bawah pimpinan Syeh Yasin yang didirikan pada tahun 1987, di berbagai kawasan, seperti Jalur Gaza dan Hebron, posisi HAMAS secara konsisten dengan jalan perlawanan total menghadapi rezim militer zionis.
Demikian juga mengenai perjuangan PLO dan HAMAS, walaupun tujuan mereka sama, namun jalan yang ditempuh sering berbeda, bahkan sering terjadi selisih pendapat mengenai masalah Palestina. Sebagai contoh perselisihan itu misalnya mengenai perjanjian Oslo yang disetujui oleh Yasser Arafat, kelompok HAMAS menentang perjanjian tersebut, karena menganggap perjanjian tersebut merugikan bangsa Palestina. Akibat dari perbedaan pendapat itu, gerakan HAMAS dimusuhi pemerintahan otonomi Palestina. Yasser Arafat sebagai pimpinan PLO menyerukan kepada bangsa Palestina agar hidup normal dan bertangung jawab mencegah segala aksi kekerasan.
Hambatan lain yang dihadapi bangsa Palestina dari luar adalah sikap Israel yang tetap tidak mengakui keberadaan sebuah Negara Palestina. Sikap Israel ini didukung oleh dua partai resmi Israel yaitu Partai Likud dan Partai Buruh. Partai Buruh lebih lunak dan mudah diajak berunding, sedangkan Partai Likud lebih sering memojokkan dengan berbagai persyaratan yang tidak dapat diterima Palestina.87 Di antara perbedaan sikap antara Partai Likud dan Partai Buruh, mayoritas rakyat Israel menyatakan setuju diadakan perundingan perdamaian dengan PLO. Di samping itu tidak kalah pentingnya adalah keterlibatan Amerika Serikat dalam masalah antara Israel dan Palestina (Negara-negara Arab). Keterlibatan Amerika Serikat tersebut dianggap sebagai salah satu kendala dari luar bagi berdirinya Negara Palestina. Amerika Serikat dianggap oleh masyarakat Internasional berpihak pada Israel, sehingga mengakibatkan suasana damai masih jauh untuk kota suci Yerusalem.
Referensi: Andria Tri Etmaja, Arti Penting Kota Yerusalem bagi Umat Islam, Yogyakarta: UIN SUKA, 2008 (Skripsi)