Khutbah Jumat
Pelajaran Penting dari Tragedi Pesawat SJ-182
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ﷺ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ
Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah
Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 jurusan Jakarta-Pontianak adalah suatu musibah yang perlu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari tragedi ini, di antaranya adalah:
- Setiap musibah yang menimpa diri kita maupun orang lain perlu untuk senantiasa kita ber-istirja’ yaitu mengucapkan innaa lillaahi wainnaa ilaihi rooji’uun. Allah Ta’ala berfirman,
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (Q.S. Al-Baqarah, Ayat 156)
Apa ayat selanjutnya?
أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Baqarah, Ayat 157)
Saat musibah menimpa, kita tidak mengatakan dengan perasaan seakan marah dan tidak menerima ketetapan Allah Ta’ala, “kenapa harus terjadi seperti ini?”, kenapa mesti saya yang ditimpa?”, kenapa keluarga saya yang mendapatkan cobaan ini?” Dan ucapan lainnya yang menjadikan kita seakan tidak mau menerima semua ini.
Dengan tragedi SJ-182, mengingatkan kembali kepada kita semua bahwa kita memang milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Kita bisa menerima ketetapan Allah Ta’ala meskipun dengan rasa sedih namun tetap sabar dan ridho dengan itu.
- Takdir yang Allah Ta’ala tetapkan kepada kita semuanya telah tercatat. Dan tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya,
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. (Q.S. Al-Hadid, Ayat 22)
Agar apa?
لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ
Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri (Q.S. Al-Hadid, Ayat 23)
Dalam firman-Nya yang lain,
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ
Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. At-Taghabun, Ayat 11)
Ada banyak hikmah di balik takdir itu, baik yang kita ketahui maupun tidak. Seperti halnya beberapa calon penumpang pesawat yang tidak jadi diberangkatkan dengan beberapa sebab, sebagaimana berita yang tersebar seperti: mahalnya swab test, hasil test yang telat keluar, kurang enak badan, dan sebab lainnya sehingga mereka batal naik.
Bahkan ada pramugari yang tiba-tiba jadwalnya terganti, seharusnya bersama rombongan SJ-182 namun dialihkan ke pesawat lain, dan sebaliknya ada pramugari yang seharusnya di pesawat lain namun beralih tugas di SJ-182 sehingga termasuk dalam korban kejadian ini.
قَالَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ حَقِيقَةِ الْإِيمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ
Ubadah bin Ash Shamit berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, sesungguhnya engkau tidak akan dapat merasakan lezatnya iman hingga engkau bisa memahami bahwa apa yang ditakdirkan menjadi bagianmu tidak akan meleset darimu, dan apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bagianmu tidak akan engkau dapatkan. (H.R. Abu Dawud 4700, shahih al-Albani)
Begitupun hikmah bagi yang telah Allah Ta’ala takdirkan meninggal dalam kejadian itu, di antaranya: boleh jadi jika mereka masih hidup beberapa lama lagi, maka bisa saja akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, atau Allah Ta’ala inginkan mereka termasuk kalangan orang-orang beriman meninggal dalam keadaan syahid dari sisi pahala sebagaimana disebutkan dalam hadits,
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (Muttafaqun ‘Alaihi, H.R. al-Bukhari 2829 dan Muslim 1914)
- Kematian adalah sesuatu yang pasti, jika telah tiba ajal seseorang, tidak ada yang mampu memajukannya tidak pula memundurkannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ
Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (Q.S. Al-A’raf, Ayat 34)
Bagaimana pun usaha kita menghindar dari kematian, maka tidak bisa kita lari darinya, walaupun kita bersembunyi di benteng yang kokoh. Allah Ta’ala berfirman,
أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ
Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. (Q.S. An-Nisa’, Ayat 78)
Semua orang yang ingin naik pesawat, tidak diperkenankan naik sebelum melakukan swab test, untuk apa? Untuk mencegah diri dari tersebarnya virus mematikan di zaman ini. Kita hanya berusaha untuk melakukan sebab-sebab untuk bertahan hidup, namun jika ajal telah tiba, maka tidak ada yang mampu menolaknya.
Maka mari untuk tetap selalu dalam kebaikan, senantiasa memperbarui niat agar selalu baik, pikiran yang baik, ucapan yang baik, dan perbuatan yang baik, agar menjadi terbiasa, dan semoga saja dengannya Allah Ta’ala mematikan kita dalam keadaan husnul khatimah.
Kaum muslimin rahimakumullah
- Shalat adalah rukun islam yang kedua setelah syahadatain, betapa pentingnya rukun ini, hingga Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ وَ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“Pembatas antara seorang muslim dengan kekafiran dan kesyirikan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim 82)
“Setinggi apapun aku terbang, tidak akan mencapai surga bila tidak salat lima waktu.” Kalimat pada foto profil whatsapp terakhir Captain Afwan yang viral sebelum jatuhnya pesawat. DP atau display picture ini menyadarkan orang-orang tentang pentingnya shalat 5 waktu.
Ketika penghuni neraka ditanya, apa yang memasukkan mereka ke dalam neraka, apa jawaban pertama mereka?
مَا سَلَكَكُمۡ فِي سَقَرَ
”Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?” (Q.S. Al-Muddatstsir, Ayat 42)
قَالُواْ لَمۡ نَكُ مِنَ ٱلۡمُصَلِّينَ
Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang me-laksanakan shalat (Q.S. Al-Muddatstsir, Ayat 43)
Orang-orang tidak shalat akan masuk neraka sebagaimana ayat yang kami sebutkan, maka sebaliknya orang-orang yang memperhatikan shalatnya mereka itulah para penghuni surga Allah Ta’ala.
- Berbakti kepada orangtua terutama ibu.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah ﷺ sambil berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” beliau menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” dia menjawab, “Kemudian ayahmu.” (Muttafaqun ‘Alaihi, H.R. Al-Bukhari 5971 dan Muslim 2584)
Dalam sebuah kisah, seorang mahasiswa hampir saja turut serta menjadi penumpang dalam pesawat SJ 182, ibunya yang sakit hendak ia jenguk, tapi ibunya melarang dan meminta anaknya fokus untuk ujian akhir semester, dan sang ibu menenangkan anak bahwa dirinya baik-baik saja, awalnya nekat pulang, namun ia tetap menuruti kemauan ibunya sehingga tidak jadi naik pesawat. Wal hasil, sang anak yang berbakti itu tidak termasuk dalam daftar kecelakaan pesawat tersebut.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Demikian khutbah pertama kali ini, semoga Allah Ta’ala merahmati dan mengampuni dosa-dosa kaum muslimin yang meninggal dalam tragedi ini secara khusus, dan seluruh kaum muslim yang meninggal pada umumnya. Dan semoga keluarga dari para korban diberi ketabahan dan kesabaran.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ وَغَافِرَ الذُّنُوْبِ وَالْخَطِيْئَاتِ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَاۤ إِن نَّسِینَاۤ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَیۡنَاۤ إِصۡرࣰا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَاۤۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَـٰفِرِینَ
رَبَّنَا ظَلَمۡنَاۤ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِینَ
رَبَّنَا اَتِنَافىِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفىِ الاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ
إِنَّ ٱللَّهَ یَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَـٰنِ وَإِیتَاۤىِٕ ذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَیَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡیِۚ یَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Penulis: Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia