Khutbah Jumat
Ketika Anak Jadi Target Kejahatan
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ والبَرَكَاتُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah
Marilah kita terus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan menambah kualitas ketaatan seraya memperbanyaknya dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan, serta melimpahkan shalawat dan salam kepada Rasulullah ﷺ
Dewasa ini, dunia kita diwarnai dengan berita yang memilukan hati. Kasus anak hilang, penculikan, jual beli anak, hingga pencabulan terhadap anak semakin sering terjadi dan menyebar di berbagai daerah.
Masyarakat dikejutkan oleh kisah-kisah menyayat yang menampilkan betapa manusia bisa kehilangan rasa belas kasih terhadap makhluk yang paling lemah dan tidak berdaya.
Anak-anak yang seharusnya menjadi amanah, sumber kebahagiaan, dan penerus masa depan justru menjadi target kejahatan yang lahir dari hati yang gelap, iman yang rusak, dan hilangnya rasa takut kepada Allah.
Fenomena ini bukan sekadar berita kriminal biasa, tetapi sebuah peringatan bahwa kita sedang hidup di zaman ketika nilai kemanusiaan dan tanggung jawab keimanan mulai terkikis.
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanah yang sangat agung. Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Asy-Syura ayat 49:
یَهَبُ لِمَن یَشَاۤءُ إِنَـٰثࣰا وَیَهَبُ لِمَن یَشَاۤءُ ٱلذُّكُورَ
“Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki.” Ayat ini menegaskan bahwa anak bukan hasil kebetulan, tetapi anugerah langsung dari Allah yang harus dijaga, dibimbing, dan dilindungi.
Dalam surah at-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
Rasulullah ﷺ pun bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Setiap orang tua wajib memahami bahwa menjaga anak tidak hanya berarti memberi makan dan pakaian, tetapi juga menjaga keselamatan jasmani, akal, dan kehormatan mereka dari bahaya dunia yang mengintai dari segala arah.
Jama’ah jumat rahimakumullah
Kejahatan terhadap anak di zaman ini muncul dalam banyak bentuk yang semuanya menunjukkan betapa rusaknya moral sebagian manusia. Di antara yang paling sering terjadi adalah penculikan dan pencurian anak.
Sebagian pelaku menculik untuk tujuan ekonomi, seperti memeras keluarga korban, menjadikan anak sebagai pengemis, atau memperjualbelikannya. Ada pula yang menculik untuk kepuasan pribadi atau dendam, sementara sebagian lain menjadikannya sebagai bagian dari jaringan kejahatan terorganisir.
Padahal menculik manusia adalah bentuk kezhaliman besar. Allah berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 30:
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا
“Dan barang siapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
Setiap tindakan merampas hak hidup dan kebebasan seseorang, apalagi anak kecil yang tidak berdaya, merupakan dosa besar yang akan dibalas dengan azab yang pedih.
Jama’ah jumat yang semoga dirahmati Allah Ta’ala
Lebih keji lagi adalah praktik jual beli dan perdagangan anak. Ini adalah bentuk modern dari perbudakan yang dilaknat oleh agama dan kemanusiaan. Banyak anak yang dijual, baik oleh orang terdekat karena tekanan ekonomi, maupun hasil penculikan, untuk berbagai kepentingan gelap: dijadikan pekerja paksa, pengemis, korban eksploitasi seksual, atau bahkan dijual untuk diambil organ tubuhnya, na‘ūdzu billāh min dzālik.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Bukhari,
قالَ اللَّهُ: ثَلاثَةٌ أنا خَصْمُهُمْ يَومَ القِيامَةِ: … ورَجُلٌ باعَ حُرًّا فأكَلَ ثَمَنَهُ …
“Allah berfirman: Ada tiga golongan yang Aku menjadi musuh mereka pada hari kiamat… di antaranya, seseorang yang menjual orang merdeka lalu memakan hasil jualnya.” Jika menjual orang dewasa saja membuat seseorang menjadi musuh Allah, maka bagaimana dengan orang yang menjual anak kecil yang suci, polos, dan tidak tahu apa-apa? Tidak ada kata lain selain kejahatan kemanusiaan yang sangat kejam.
Selain itu, kejahatan yang sangat menyayat adalah pencabulan dan kekerasan seksual terhadap anak. Ini termasuk dosa besar dan jarimah berat dalam syariat Islam. Pelakunya disebut sebagai fasiq dan zhalim, dan jika terbukti memenuhi unsur zina atau melakukan perbuatan kaum Nabi Luth, maka hukuman seharusnya bisa sampai had, yakni hukuman mati, rajam, atau dera, tergantung kasusnya. Allah berfirman dalam Surah An-Nur ayat 19:
إِنَّ ٱلَّذِینَ یُحِبُّونَ أَن تَشِیعَ ٱلۡفَـٰحِشَةُ فِی ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِیمࣱ فِی ٱلدُّنۡیَا وَٱلۡـَٔاخِرَةِۚ
“Sesungguhnya orang-orang yang senang tersebarnya perbuatan keji di kalangan orang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.”
Pencabulan bukan hanya melukai tubuh, tetapi menghancurkan jiwa, memadamkan cahaya masa depan anak, dan merusak fitrah serta kepercayaan yang seharusnya tumbuh sejak dini. Pelaku kejahatan semacam ini sesungguhnya tidak hanya merusak satu anak, tetapi bisa merusak generasi, karena trauma yang tertanam dapat diwariskan dalam bentuk ketakutan dan kebencian yang panjang.
Tak kalah berbahaya adalah kekerasan fisik dan psikis yang terjadi di dalam rumah sendiri. Sebagian anak disiksa, dihina, bahkan ditelantarkan oleh orang tuanya sendiri.
Padahal Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik dalam memperlakukan anak dengan kasih sayang. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:
خدَمْتُ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عَشْرَ سِنينَ، فما قال لي لشيءٍ فعَلْتُه: لِمَ فعَلْتَه؟ ولا لشيءٍ لم أفعَلْه: ألَا فعَلْتَه؟
“Aku melayani Rasulullah ﷺ selama sepuluh tahun. Tidak pernah beliau berkata kepadaku ‘ah’, tidak pernah memarahiku, dan tidak pernah berkata: ‘Mengapa kamu melakukan ini?’ atau ‘Mengapa kamu tidak melakukannya?’” (HR. Muslim). Betapa lembutnya Nabi ﷺ kepada anak-anak.
Siapa pun yang memukul, menyakiti, atau mengabaikan anak tanpa alasan syar‘i berarti telah berbuat zhalim dan akan dituntut di hadapan Allah pada hari kiamat.
Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah
Kejahatan terhadap anak tidak muncul begitu saja. Ada akar penyebab yang harus diperhatikan secara serius:
Yang pertama adalah lemahnya iman dan rasa takut kepada Allah. Orang yang hatinya kosong dari iman akan mudah melakukan kejahatan meskipun korbannya anak kecil.
Kedua, kerusakan moral masyarakat. Banyak media, film, dan konten digital yang membuka pintu syahwat, kekerasan, dan kejahatan tanpa batas.
Ketiga, kelalaian orang tua. Tidak sedikit orang tua yang sibuk dengan urusan dunia, ponsel, dan pekerjaan, sehingga anak-anak dibiarkan tanpa pengawasan, bahkan bebas berinteraksi dengan dunia maya tanpa bimbingan.
Keempat, hilangnya kepedulian sosial. Dulu, masyarakat saling menjaga. Sekarang, banyak yang menutup mata meski melihat sesuatu yang mencurigakan di sekitar mereka. Padahal Rasulullah ﷺ bersabda bahwa perumpamaan masyarakat yang menegakkan hukum Allah dan yang melanggarnya adalah seperti orang-orang di kapal, jika satu bagian bocor dan tidak dicegah, semuanya akan tenggelam.
Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah
Dalam menghadapi maraknya kejahatan terhadap anak, Islam menuntut kita untuk bertindak dengan tanggung jawab kolektif. Orang tua harus memperketat pengawasan terhadap anak-anaknya, baik di rumah, sekolah, maupun dunia digital.
Ajarkan anak untuk berhati-hati, tidak mudah percaya kepada orang asing, dan selalu meminta izin sebelum pergi. Selain itu, orang tua harus membiasakan anak dengan doa-doa perlindungan yang diajarkan Nabi ﷺ, seperti membaca Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas, dan zikir lainnya setiap pagi dan sore.
Masyarakat pun harus peduli. Jika ada anak yang terlihat sendirian atau ada orang yang mencurigakan di lingkungan, jangan diam. Islam mengajarkan amar ma‘ruf nahi munkar, termasuk dalam menjaga keamanan sosial.
Begitu pula pemerintah dan aparat berwenang wajib menjalankan tanggung jawabnya untuk menegakkan hukum, menindak pelaku, dan melindungi generasi bangsa.
Akhirnya, semua upaya duniawi akan sia-sia tanpa pertolongan dari Allah. Karena itu, orang tua hendaknya tidak lupa bersandar kepada-Nya dengan doa. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Yusuf ayat 64:
فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Allah adalah sebaik-baik penjaga, dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”
Kita juga dianjurkan membaca doa Nabi ﷺ, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan, kelemahan, kemalasan, sifat pengecut dan kikir, serta dari lilitan utang dan tekanan manusia.” Doa ini mengajarkan agar kita memohon perlindungan bukan hanya dari kejahatan fisik, tapi juga dari sebab-sebab yang menjerumuskan manusia dalam kelalaian dan ketidakpedulian.
Kasus anak hilang, penculikan, dan kekerasan bukan sekadar statistik atau berita viral, tapi sebuah alarm keras bagi umat Islam agar kembali kepada nilai-nilai iman, kasih sayang, dan tanggung jawab. Menjaga anak berarti menjaga amanah Allah, menjaga masa depan umat, dan menjaga fitrah kemanusiaan.
Barang siapa lalai menjaga anak-anaknya, maka ia telah membuka pintu bagi kejahatan. Dan barang siapa ikut menjaga, maka ia telah menegakkan sebagian dari ajaran Islam yang paling luhur: kasih sayang dan tanggung jawab atas kehidupan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta‘ala menjaga seluruh anak-anak kaum muslimin dari kejahatan dunia, melindungi mereka dari fitnah zaman, dan menjadikan mereka generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan menjadi penyejuk mata bagi kedua orang tuanya.
Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah
Demikian khutbah pertama ini, masih banyak hal tentang ketika anak jadi target kejahatan, jangan lupa doakan kebaikan untuk saudara-saudara kita di Palestina, Sudan dan negeri lainnya, serta kebaikan untuk pemimpin negeri kita, semoga Allah Ta’ala mengampuni dan merahmati setiap kita, dan mewafatkan kita semua dalam keadaan husnul khatimah, aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، يَا قَاضِيَ الحَاجَات
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَا وَأَهْلِنَا، وَلِكُلِّ مَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبۡحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا یَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
Penulis: Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia

