Khutbah Jumat
Adab Kepada Guru
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ والبَرَكَاتُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah
Marilah kita terus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan menambah kualitas ketaatan seraya memperbanyaknya dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan, serta melimpahkan shalawat dan salam kepada Rasulullah ﷺ
Guru memiliki hak yang sangat besar atas para muridnya. Mereka memiliki keutamaan mulia karena mengajarkan ilmu kepada manusia, menuntun mereka menuju jalan pengetahuan, dan menuntun mereka menapaki jalan keselamatan.
Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban untuk menjaga hak-hak guru, menghormatinya, memuliakannya, dan memperhatikan adab terhadapnya. Hal ini merupakan inti dari ilmu, bagian dari akhlak yang mulia, dan tanda keluhuran jiwa.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا وَاحِدًا، إِنْ شَاءَ بَاعَ، وَإِنْ شَاءَ اسْتَرَقَّ
“Aku adalah budak bagi orang yang mengajariku satu huruf. Jika ia mau, ia boleh menjualku, dan jika ia mau, ia boleh menjadikanku budak.” (Ta‘līm al-Muta‘allim Ṭarīq at-Ta‘allum, hlm. 25)
Az-Zarnuji rahimahullah berkata:
اِعْلَمْ أَنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لَا يَنَالُ الْعِلْمَ وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ إِلَّا بِتَعْظِيمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ، وَتَعْظِيمِ الْأُسْتَاذِ وَتَوْقِيرِهِ. قِيلَ: مَا وَصَلَ مَنْ وَصَلَ إِلَّا بِالْحُرْمَةِ، وَمَا سَقَطَ مَنْ سَقَطَ إِلَّا بِتَرْكِ الْحُرْمَةِ.
“Ketahuilah bahwa penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mendapatkan manfaat darinya kecuali dengan cara mengagungkan ilmu dan orang-orang yang berilmu, serta menghormati dan memuliakan gurunya. Dikatakan: Tidaklah seseorang mencapai derajat tinggi kecuali karena menjaga kehormatan (terhadap guru), dan tidaklah seseorang jatuh derajatnya kecuali karena meninggalkan kehormatan itu.” (Ta‘līm al-Muta‘allim Ṭarīq at-Ta‘allum, hlm. 25)
Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah
Termasuk bentuk penghormatan yang indah dan adab yang luhur adalah ketika seorang murid menjaga kesopanan dalam berbicara kepada gurunya. Tidak boleh memanggilnya dengan hanya menyebut namanya secara langsung, tetapi hendaknya ia menggunakan panggilan yang menunjukkan penghormatan dan pengagungan, seperti mengatakan: Wahai guru kami, wahai guruku, afwan ustadz ustadzah, maaf pak bu.
Jika tidak pantas bagi seorang anak memanggil ayah kandungnya dengan berkata: “Wahai Fulan” maka demikian pula tidak pantas bagi seorang murid memanggil gurunya yang telah mengajarinya, mendidiknya, dan membimbingnya dengan cara seperti itu.
Allah Ta‘ala berfirman:
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا
“Janganlah kamu jadikan panggilanmu kepada Rasul itu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain.” (QS. An-Nur: 63)
Makna ayat mulia ini adalah janganlah kalian memanggil Nabi Muhammad ﷺ dengan namanya seperti kalian saling memanggil sesama kalian, tetapi muliakanlah dan agungkanlah beliau, dan katakanlah: Wahai Rasulullah, Wahai Nabi Allah.
Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang keharusan memuliakan pengajar kebaikan, karena Rasulullah ﷺ adalah pengajar kebaikan bagi umat, dan para guru adalah pewaris para Nabi. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk menghormati dan mengagungkan beliau.
Kaum muslimin rahimakumullah
Penting juga untuk memperhatikan adab dalam bertanya kepada guru, di antaranya:
Pertama: Mendoakan guru ketika bertanya. Misalnya dengan mengatakan: “Ustadz, ustadzah, pak, bu, semoga Allah merahmati Anda, mohon jawabannya kalau boleh bertanya apa hukum ini dan itu…?”
Kedua: Bertanya dengan cara yang baik dan penuh kelembutan. Di antara ungkapan hikmah yang masyhur adalah pertanyaan yang baik adalah separuh dari ilmu.
Apabila seorang murid mengajukan pertanyaan dengan adab yang baik, maka hal itu akan membuat guru bersemangat untuk menjawabnya dan menjelaskan hal yang masih samar, karena ia melihat kesiapan dan kesungguhan muridnya.
Muhammad bin Sirin berkata:
كَانُوا يَرَوْنَ حُسْنَ السُّؤَالِ يَزِيدُ فِي عَقْلِ الرَّجُلِ
“Mereka (para salaf) memandang bahwa pertanyaan yang baik dapat menambah kecerdasan seseorang.” (Ibn Abī ad-Dunyā fī Kitāb al-‘Aql wa Faḍlih, hlm. 54)
An-Nawawi rahimahullah berkata:
وَيَتَلَطَّفُ فِي سُؤَالِهِ، وَيُحْسِنُ خِطَابَهُ
“Hendaklah ia (murid) bertanya dengan lemah lembut dan berbicara dengan cara yang baik.” (Al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhadzdzab (1/37))
Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah
Seorang murid hendaknya tidak membantah gurunya, tidak menyakiti hatinya, dan tidak bersikap keras atau memaksa dalam berdialog. Sebab bisa jadi seorang murid kehilangan manfaat ilmu karena buruknya sikap terhadap gurunya. Tidaklah seseorang membuat gurunya marah melainkan ia akan terhalang dari ilmunya.
Ibnu Hazm rahimahullah berkata:
إِذَا حَضَرْتَ مَجْلِسَ عِلْمٍ فَلَا يَكُنْ حُضُورُكَ إِلَّا حُضُورَ مُسْتَزِيدٍ عِلْمًا وَأَجْرًا، لَا حُضُورَ مُسْتَغْنٍ بِمَا عِنْدَكَ؛ طَالِبًا عَثْرَةً تُشِيعُهَا، أَوْ غَرِيبَةً تُشَنِّعُهَا، فَهَذِهِ أَفْعَالُ الْأَرْذَالِ، الَّذِينَ لَا يُفْلِحُونَ فِي الْعِلْمِ أَبَدًا، فَإِذَا حَضَرْتَهَا عَلَى هَذِهِ النِّيَّةِ فَقَدْ حَصَلْتَ خَيْرًا عَلَى كُلِّ حَالٍ، وَإِنْ لَمْ تَحْضُرْهَا عَلَى هَذِهِ النِّيَّةِ فَجُلُوسُكَ فِي مَنْزِلِكَ أَرْوَحُ لِبَدَنِكَ، وَأَكْرَمُ لِخُلُقِكَ، وَأَسْلَمُ لِدِينِكَ
“Apabila engkau menghadiri majelis ilmu, maka janganlah kehadiranmu itu kecuali dengan niat untuk menambah ilmu dan pahala, bukan dengan perasaan sudah cukup dengan apa yang engkau miliki; dan bukan pula dengan niat mencari-cari kesalahan untuk disebarkan, atau hal aneh untuk dijadikan bahan celaan. Itu adalah perbuatan orang-orang hina yang tidak akan pernah berhasil dalam menuntut ilmu. Jika engkau hadir dengan niat seperti itu (yaitu mencari ilmu dan pahala), maka engkau akan mendapatkan kebaikan dalam segala keadaan. Namun jika engkau hadir tanpa niat tersebut, maka duduk di rumahmu lebih menenangkan badanmu, lebih menjaga kehormatan akhlakmu, dan lebih menyelamatkan agamamu.” (Al-Akhlāq wa as-Siyar fī Mudāwāt an-Nufūs, hlm. 92)
Disebutkan dalam bait syair:
إِنَّ الْمُعَلِّمَ وَالطَّبِيبَ كِلَاهُمَا
لَا يَنْصَحَانِ إِذَا هُمَا لَمْ يُكْرَمَا
فَاصْبِرْ لِدَائِكَ إِنْ أَهَنْتَ طَبِيبَهُ
وَاصْبِرْ لِجَهْلِك إِنْ جَفَوْتَ مُعَلِّمَا
“Sesungguhnya guru dan tabib, keduanya tidak akan menasihati dengan tulus apabila tidak dihormati.
Bersabarlah atas penyakitmu bila engkau menghina doktermu, dan bersabarlah atas kebodohanmu bila engkau menyinggung gurumu.”
Jama’ah jumat yang berbahagia
Bersyukur atas kebaikan guru. Allah Ta‘ala berfirman:
وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ
“Dan janganlah kalian melupakan keutamaan di antara kalian.” (QS. Al-Baqarah: 237)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
لَا يَشْكُرُ الله مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.” (HR. Abū Dāwūd no. 4811, dan at-Tirmidzi no. 1954, dan berkata, ‘Hadis Shahih’)
Seorang Muslim wajib menjaga dan menghargai kebaikan orang yang telah berbuat baik kepadanya, serta tidak melupakan jasanya siapa pun orangnya. Bagaimana mungkin ia melupakan kebaikan seseorang yang telah berbuat baik kepadanya dengan ilmu, yang merupakan bentuk kebaikan paling mulia?
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ قَدْ عَلَّمَهُ أُسْتَاذٌ عَرَفَ قَدْرَ إِحْسَانِهِ إِلَيْهِ وَشَكَرَهُ
“Apabila seseorang telah diajari oleh gurunya, maka ia harus mengetahui kadar kebaikan gurunya terhadapnya dan bersyukur atasnya.” (Majmū‘ al-Fatāwā (28/17))
Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah
Demikian khutbah pertama ini, masih banyak hal tentang adab terhadap guru, jangan lupa doakan kebaikan untuk saudara-saudara kita di Palestina, dan kebaikan untuk pemimpin kita, semoga Allah Ta’ala mengampuni dan merahmati setiap kita, dan mewafatkan kita semua dalam keadaan husnul khatimah, aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، يَا قَاضِيَ الحَاجَات
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَا وَأَهْلِنَا، وَلِكُلِّ مَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبۡحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا یَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
Penulis: Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia

