Hati kedua orang tua sebenarnya secara Fitrah mencintai anak dan akan tumbuh perasaaan- perasaan kejiwaan dan cinta kasih seorang ayah untuk menjaganya, menyayanginya, merindukannya, dan memperhatikan urusannya. Karena jika yang demikian tidak ada maka akan punahlah keberlansungan (spesies) manusia di bumi.
Salah satu perasaan mulia yang Allah tanamkan di dalam hati kedua orang tua adalah rasa kasih sayang kepada anak – anak. Ini adalah perasaan yag mulia dalam mendidik anak dan mempersiapkan mereka memperoleh hasil yang terbaik dan pengaruh yang besar. Hati yang tidak memilki kasih sayang akan membuahkan sifat keras dan kasar. Karena itulah, di dalam syariat Islam sangat menanamkan rasa kasih.
Berpijak dari perintah Al- qur’an dan Hadits, maka para orang tua hendaknya menerapkan prinsip keadilan, kesamaan, kecintaan, interaksi dan perlakuan kasih sayang tanpa membedakan antara laki- laki dan perempuan. Jika didapati di dalam masyarakat Islam ada orang tua yang memperlakukan dengan perlakuan yang berbeda terhadap anaknya, maka sebabnya bisa jadi kembali kepada lingkungan yang rusak yang diserap dari kebiasaan jahiliah. Allah Subhana wa ta’ala berfirman:
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu ( QS An- Nahl [16] : 58 – 59).
Cinta Kepada Anak Adalah Anugerah Allah Kepada Hamba
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, hadits riwayat dari sahabat ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya bahwa kakeknya berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang dituakan diantara kami”.
Membenci Anak Perempuan Adalah Perbuatan Yang Terkutuk
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
“Barangsiapa yang memelihara dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku dan jarak aku dan dirinya seperti ini –beliau mengganggam jari-jemarinya-“
Keutamaan Orang Yang Tabah Dalam Menghadapi Kematian Anak
Saat seorang muslim berada pada puncak keimanan dan memilki keyakinan yang paling tinggi, mengimani ketetapan Allah yang baik atau buruk itu benar datangnya adalah dari Allah, maka akan menjadi kecillah berbagai peristiwa di hadapannya. JIka demikian maka menjadi ringanlah musibah- musibah yang menimpanya. Ia berserah diri kepada Allah, hatinya merasa tenang, raganya akan ringan karena kesabarannya menerima musibah, ridha kepada Allah dan tunduk beriman ketentuan- ketentuan-Nya.
Berpijak dari keimanan inilah Nabi kita mengabarkan bahwa siapa saja yang kehilangan anak (meninggal) kemudian ia bersabar dan beristirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna ‘ilaihi raji’un) maka Allah akan membangunkan sebuah rumah baginya di Jannah yang diberi nama Baitul Hamdi (Istana Kesyukuran).
Diriwayatkan oleh Imam At- Tirmidzi dan Ibnu Hibban dari Hadits Abu Musa Al- Asy’ari bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda’ “ Apabila ada anak dari seorang hamba Allah telah meninggal dunia maka Allah berkata kepada para malaikat, ‘Kalian telah mencabut nyawa anak hamba- Ku ?’ Kalian cabut buah hatinya?’ Para malaikat menjawab, ‘Ya’ Allah bertanya, ‘Apa yang dilakukan hamba- Ku ?’ ‘Ia memuji- Mu dan Beristirja,”, jawab para malaikat. Allah berfirman, ‘ Bangunkan sebuah rumah di Jannah untuk hamba-Ku itu dan penghalang dari Neraka.