Khutbah Jumat
Yaum Arafah dan Hari Raya Kurban
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ ِلِلّهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-Nya. Shalawat dan salam kita kirimkan kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ma’asyiral muslimin, rahimanii wa rahimakumullah.
Tanggal 9 dzulhijjah setiap tahunnya adalah hari Arafah. Hari yang memiliki keistimewaan dan keutamaan. Keagungannya tidak mencakup jama’ah haji saja, namun juga seluruh kaum muslimin di manapun berada. Di antara keistimewaannya:
Pertama: Hari arafah adalah hari di antara hari Allah Ta’ala bersumpah atasnya di dalam al-Quran
Ketika Allah Ta’ala bersumpah atas suatu makhlukNya maka makhluk tersebut perlu perhatian khusus dari kita semua, karena Allah Ta’ala tidaklah bersumpah kecuali dengan yang agung.
Allah berfirman,
وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ
“Dan demi yang menyaksikan dan yang disaksikan.” (QS. Al-Buruj: 3).
Sehubungan dengan ayat tersebut, Nabi sallallahu ‘aliahi wa sallam bersabda,
اليَوْمُ المَوْعُودُ يَوْمُ القِيَامَةِ، وَاليَوْمُ المَشْهُودُ يَوْمُ عَرَفَةَ، وَالشَّاهِدُ يَوْمُ الجُمُعَةِ
“Hari yang dijanjikan adalah hari kiamat dan hari yang disaksikan adalah hari Arafah. Yang menjadi saksi adalah hari Jumat.” (HR. Tirmidzi No. 3339 dan dihasankan oleh Albani dalam “Silsilah Hadis Shahihah” no. 1502).
Pada ayat lain Allah berfirman,
وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
“Dan demi yang genap dan yang ganjil.” (QS. Al-Fajr: 3).
Ibnu Abbas mengatakan: “Yang genap adalah hari adha (tgl 10 Dzulhijjah) dan yang ganjil adalah hari Arafah (9 Dzulhijjah).
Kedua: Hari arafah adalah hari disempurnakannya agama Islam.
Diriwayatkan bahwa seorang Yahudi mengatakan kepada Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, “Wahai Amirul Mukminin, terdapat satu ayat di Kitab yang kamu baca, yang kalau sekiranya ayat tersebut diturunkan kepada kami, pasti kami jadikan hari itu sebagai hari raya”. Umar bertanya, “Ayat apa itu?” Dia menjawab:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3).
Umar mengatakan, “Sungguh kami telah mengetahui hari itu, dan tempat diturunkannya kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau sedang wukuf di Arafah pada hari Jumat.” (Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no.3017)
Ketiga: Hari arafah adalah hari Allah Ta’ala turun ke langit dunia atau langit terendah
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: “نِعْمَ الْيَوْمُ يَوْمُ يَنْزِلُ اللَّهُ فِيهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا”. قَالُوا: “يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ وَأَيُّ يَوْمٍ هُوَ؟” قَالَتْ: “يَوْمُ عَرَفَةَ”
Ummu Salamah berkata, “Sebaik-baik hari adalah hari yang di dalamnya Allah turun ke langit terendah“, mereka bertanya, “Wahai ummu mukminin, hari apa itu?“ Beliau menjawab, “Hari Arafah.” (HR. Ad-Daruquthni, no. 96).
Keempat: Hari arafah adalah hari pengampunan dosa selama 2 tahun bagi siapa yang berpuasa
Rasulullah sallallahu alaihiwa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“Puasa Hari Arafah, Aku berharap kepada Allah semoga dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun depan.” (HR. Muslim no. 1162).
Kelima: Hari arafah adalah hari sebaik-baiknya berdoa.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الـمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Sebaik-baik ucapan yang Aku ucapkan dan para nabi sebelumku: Laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa alaa kulli syai’in qodiir.” (HR. Tirmizi no. 3585, dan dihasankan oleh Al-Albany dalam “Shahih At-Targhib“ no. 1536).
Jama’ah Jumat yang mulia
Kemudian sedikit kita membahas tentang Idul Adha, adab-adab yang perlu diperhatikan dalam berhari raya, di antaranya:
Pertama: Mandi sebelum berangkat untuk shalat Idul adha.
Tentunya ketika shalat id, terjadi perkumpulan ummat islam besar-besaran, maka sangat ditekankan untuk bersih-bersih sebelum berangkat shalat, agar kaum muslimin yang membersamai kita saat itu merasakan aroma yang mengenakkan, minimal tidak mencium bau yang tidak sedap sehingga bisa lebih khusyu dalam shalat, dan lebih berani dalam menyapa seusai shalat.
Tentunya perlu juga untuk menggunakan parfum atau wewangian bagi laki-laki. Adapun wanita maka tidak perlu memakai wewangian agar tidak tercium oleh lelaki yang bukan mahramnya, dan cukup bagi kaum muslimah sekedar membersihkan diri agar tidak tercium bau yang kurang nyaman.
Kedua: Makan ditunda, makannya nanti setelah shalat Idul adha.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلَا يَطْعَمُ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّيَ
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, bahwa Nabi ﷺ tidak keluar (ke tempat shalat) pada Idulfitri sampai beliau makan terlebih dahulu, dan beliau tidak makan pada Iduladha sampai beliau shalat terlebih dahulu. (H.R. At Tirmidzi 542)
Ketiga: Pergi dan pulang dengan jalan yang berbeda
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu’anhuma, ia berkata, “Jika Rasulullah ﷺ pada hari ‘Ied, beliau mengambil jalan yang berbeda (antara berangkat dan kembali).(H.R. Al Bukhari 986)
Keempat: Memperbanyak takbiran
Ada beberapa hal tentang takbiran yang perlu diketahui. Di antaranya adalah mengeraskan suara, ini bagi laki-laki. Adapun wanita maka merendahkan suaranya.
Kita perlu terus bertakbiran, pada hari raya idul adha yang sebenarnya dimulai sejak masuknya bulan Dzulhijjah sampai imam datang untuk shalat id dan khutbah id, kita diam sejenak untuk shalat dan mendengarkan khutbah, kemudian setelah itu kita lanjut takbiran lagi hingga hari ke 13 Dzulhijjah, akhir hari tasyriq yang ditandai dengan tenggelamnya matahari pada hari itu. Demikian itu yang kami sebutkan disebut sebagai takbir mutlaq.
Adapun takbir muqayyad maka terikat dengan waktu shalat, mulai pada hari arafah setelah subuh hingga hari ke 13 Dzulhijjah setelah shalat ashar.
Kaum muslimin rahimakumullah
Adapun saat shalat id maka sama dengan shalat 2 rakaat lainnya, namun hanya beda pada jumlah takbir rakaat pertama sebanyak 7 kali setelah takbirattul ihram, dan 5 kali pada rakaat kedua setelah takbir intiqol.
Adapun setelah shalat idul adha, maka perlu untuk saling mendoakan taqabbalallahu minnaa waminkum (semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian) dan ucapan selamat lainnya, kemudian menyembelih kurban, dan bersilaturahmi.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Ta’ala
Demikian khutbah pertama ini, semoga Allah Subhanahu memberikan kita kegembiraan dengan memasukannya kita semua ke dalam surgaNya dan menjauhkan kita dari nerakaNya. Aamiin
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذًنْبٍ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَمَّا بَعْدُ
فَقَالَ الله تعالي
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبۡحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا یَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
Penulis: Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia