Khutbah Jumat
Isra Miraj
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ والبَرَكَاتُ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin jama’ah jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala
Mari terus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan mengerjakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan serta memperbanyak shalawat dan salam kepada Rasulullah ﷺ.
Al-Hafizh Ibn Hajar rahimahullah berkata, “Ibnu Dihyah menyatakan, ‘Sebagian pembuat-buat cerita menyebutkan bahwa Isra’ terjadi pada bulan Rajab, dan itu adalah kedustaan.’” (Risalah Tabyin Al-‘Ajab Bima Warada Fi Fadhli Rajab, hlm. 6)
Al-Hafizh Ibn Rajab rahimahullah juga berkata, “Diriwayatkan dengan sanad yang tidak shahih dari Al-Qasim bin Muhammad bahwa Isra’ Nabi ﷺ terjadi pada tanggal 27 Rajab, dan riwayat inipun diingkari oleh Ibrahim Al-Harbi dan lainnya.” (Latha’if Al-Ma’arif oleh Ibn Rajab, hlm. 126)
Dari nukilan ini jelas bahwa sebagian Ulama mengingkari bahwa isra’ wal mi’raj terjadi di bulan rajab atau tanggal 27nya, yang jelas adalah isra’ wal mi’raj benar-benar terjadi, namun kepastian tanggalnya tidak bisa dipastikan.
Baiklah, kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah.
Rasulullah ﷺ mengalami berbagai macam cobaan dari kaum Quraisy, terutama setelah wafatnya pamannya, Abu Thalib, dan istrinya yang setia, Khadijah radhiyallahu ‘anha.
Puncak dari penderitaan ini terjadi saat beliau kembali dari Thaif dengan hati yang penuh kesedihan akibat perlakuan buruk penduduk Thaif terhadap beliau ﷺ.
Di tengah himpitan derita, kesedihan, penolakan keimanan, dan permusuhan terhadap dakwah Islam dengan segala cara, Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada hamba dan nabi-Nya ﷺ dengan menghibur hati beliau yang berduka melalui peristiwa mukjizat perjalanan Isra’ dan Mi’raj.
Isra’ adalah perjalanan yang dilakukan Allah atas Nabi-Nya ﷺ dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina dalam sebagian malam, lalu kembali lagi pada malam itu juga.
Mi’raj adalah perjalanan naiknya Rasulullah ﷺ dari Baitul Maqdis ke langit yang tujuh, hingga di atas langit yang ketujuh, di mana shalat lima waktu diwajibkan, lalu beliau kembali ke Baitul Maqdis dalam malam tersebut.
Peristiwa Isra dan Mi’raj ditetapkan dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis sahih yang banyak. Dalam Al-Qur’an,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” [Qs. Al-Isra’: 1]
Sebagian ulama berpendapat bahwa peristiwa mi’raj, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an, namun diisyaratkan dalam Surah An-Najm, Ibnu Katsir menjelaskan, “Nabi ﷺ telah melihat Jibril ‘alaihis salam dalam bentuk aslinya yang diciptakan oleh Allah sebanyak dua kali.
Kali Pertama, setelah masa terhentinya wahyu sementara waktu, ketika Nabi ﷺ turun dari Gua Hira, beliau melihat Jibril dalam bentuk aslinya, mendekatinya, dan menyampaikan wahyu dari Allah ﷻ sebagaimana firman-Nya, “Yang diajarkan kepadanya oleh makhluk yang sangat kuat (Jibril), yang mempunyai keteguhan. Maka dia (Jibril) menampakkan dirinya dengan rupa yang asli. Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, sehingga jaraknya (sekitar) dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.)” (QS. An-Najm: 5-10)
Kali Kedua, adalah pada malam Isra dan Mi’raj di Sidratul Muntaha, sebagaimana yang diisyaratkan dalam surah An-Najm melalui firman Allah, “Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril) pada kesempatan yang lain, di Sidratul Muntaha.” (QS. An-Najm: 13-14).
Mayoritas ulama, baik dari kalangan salaf maupun khalaf, sepakat bahwa peristiwa Isra dan Mi’raj terjadi dalam satu malam, dan bahwa keduanya terjadi saat Nabi ﷺ berada dalam keadaan sadar, dengan jasad dan ruhnya.
Jama’ah jumat yang berbahagia
Mari kita simak dengan seksama kisah menakjubkan ini. Diriwayatkan dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha’sha’ah radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Ketika aku sedang berada di dekat Ka’bah, antara terjaga dan tidur – beliau menyebutkan, yaitu seorang lelaki di antara dua lelaki – tiba-tiba aku didatangkan sebuah baskom dari emas yang penuh dengan hikmah dan iman. Lalu dadaku dibelah dari leher hingga ke bawah perut. Kemudian perutku dibersihkan dengan air zamzam, lalu diisi dengan hikmah dan iman.
Setelah itu, didatangkan kepadaku seekor binatang berwarna putih, yang ukurannya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, yaitu disebut Buraq.
Aku pun dibawa bersama Jibril hingga kami tiba di langit dunia. Dikatakan: ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab: ‘Ini Jibril.’ Dikatakan: ‘Siapa yang bersamamu?’ Ia menjawab: ‘Muhammad.’ Dikatakan: ‘Apakah ia telah diutus?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Dikatakan: ‘Selamat datang, sebaik-baik kedatangan adalah kedatangan ini.’ Lalu aku mendatangi Adam dan memberi salam kepadanya. Ia berkata: ‘Selamat datang, wahai keturunanku sekaligus Nabi.’
Kemudian kami tiba di langit kedua. Dikatakan: ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab: ‘Ini Jibril.’ Dikatakan: ‘Siapa yang bersamamu?’ Ia menjawab: ‘Muhammad.’ Dikatakan: ‘Apakah ia telah diutus?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Dikatakan: ‘Selamat datang, sebaik-baik kedatangan adalah kedatangan ini.’ Aku pun bertemu dengan Isa dan Yahya, lalu keduanya berkata: ‘Selamat datang, wahai saudara dan Nabi.’
Kemudian kami tiba di langit ketiga. Dikatakan: ‘Siapa ini?’ Dikatakan: ‘Ini Jibril.’ Dikatakan: ‘Siapa yang bersamamu?’ Ia menjawab: ‘Muhammad.’ Dikatakan: ‘Apakah ia telah diutus?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Dikatakan: ‘Selamat datang, sebaik-baik kedatangan adalah kedatangan ini.’ Lalu aku bertemu dengan Yusuf dan memberi salam kepadanya. Ia berkata: ‘Selamat datang, wahai saudara dan Nabi.'”
Kemudian kami tiba di langit keempat. Dikatakan: “Siapa ini?” Dijawab: “Ini Jibril.” Dikatakan: “Siapa yang bersamamu?” Dijawab: “Muhammad ﷺ.” Dikatakan: “Apakah ia telah diutus?” Dijawab: “Ya.” Dikatakan: “Selamat datang, sebaik-baik kedatangan adalah kedatangan ini.” Lalu aku bertemu dengan Idris dan memberi salam kepadanya. Ia berkata: “Selamat datang, wahai saudara dan Nabi.”
Kemudian kami tiba di langit kelima. Dikatakan: “Siapa ini?” Dijawab: “Ini Jibril.” Dikatakan: “Siapa yang bersamamu?” Dijawab: “Muhammad.” Dikatakan: “Apakah ia telah diutus?” Dijawab: “Ya.” Dikatakan: “Selamat datang, sebaik-baik kedatangan adalah kedatangan ini.” Lalu kami bertemu dengan Harun dan memberi salam kepadanya. Ia berkata: “Selamat datang, wahai saudara dan Nabi.”
Kemudian kami tiba di langit keenam. Dikatakan: “Siapa ini?” Dijawab: “Ini Jibril.” Dikatakan: “Siapa yang bersamamu?” Dijawab: “Muhammad ﷺ.” Dikatakan: “Apakah ia telah diutus?” Dijawab: “Ya.” Dikatakan: “Selamat datang, sebaik-baik kedatangan adalah kedatangan ini.” Lalu aku bertemu dengan Musa dan memberi salam kepadanya. Ia berkata: “Selamat datang, wahai saudara dan Nabi.”
Ketika aku melewatinya, Musa menangis. Dikatakan: “Apa yang membuatmu menangis?” Ia berkata: “Ya Rabb, pemuda ini yang diutus setelahku, akan memasuki surga dari umatnya lebih banyak daripada yang masuk dari umatku.”
Kemudian kami tiba di langit ketujuh. Dikatakan: “Siapa ini?” Dijawab: “Ini Jibril.” Dikatakan: “Siapa yang bersamamu?” Dijawab: “Muhammad.” Dikatakan: “Apakah ia telah diutus?” Dijawab: “Ya.” Dikatakan: “Selamat datang, sebaik-baik kedatangan adalah kedatangan ini.” Lalu aku bertemu dengan Ibrahim dan memberi salam kepadanya. Ia berkata: “Selamat datang, wahai anakku sekaligus Nabi.”
Kemudian rumah yang sangat besar Baitul Ma’mur diperlihatkan kepadaku. Aku bertanya kepada Jibril, dan ia berkata: “Ini adalah Baitul Ma’mur, di mana setiap hari tujuh puluh ribu malaikat salat di dalamnya. Ketika mereka keluar, mereka tidak akan kembali ke sana lagi.”
Kemudian, aku melihat Sidratul Muntaha. Buahnya seperti keranjang besar dari hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Di bawahnya ada empat sungai: dua sungai yang tersembunyi, dan dua sungai yang terlihat. Aku bertanya kepada Jibril, dan ia berkata: “Adapun dua sungai yang tersembunyi, itu adalah sungai-sungai di surga. Adapun dua sungai yang terlihat, yaitu sungai Nil dan sungai Eufrat.”
Kemudian lima puluh salat diwajibkan atasku. Aku pun kembali dan bertemu dengan Musa, yang bertanya: “Apa yang telah engkau lakukan?” Aku menjawab: “Lima puluh salat diwajibkan atasku.” Ia berkata: “Aku lebih tahu tentang umat manusia daripadamu. Aku telah menghadapi Bani Isra’il dengan sangat keras, dan umatmu tidak akan mampu. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan.” Aku pun kembali dan memohon kepada-Nya, dan jumlah salat dikurangi menjadi empat puluh. Kemudian dikurangi lagi hingga tiga puluh, dua puluh, dan akhirnya sepuluh. Aku kembali lagi kepada Musa, dan ia berkata: “Apa yang telah engkau lakukan?” Aku menjawab: “Menjadi lima salat.” Ia berkata: “Seperti itu.” Aku berkata: “Aku menerima dengan baik.”
Kemudian terdengar suara yang mengatakan: “Sesungguhnya Aku telah menetapkan kewajibanKu dan telah meringankan beban hamba-hamba-
Ku, dan setiap kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipat.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah
Kisah Isra’ dan Mi’raj memiliki banyak riwayat yang diriwayatkan dalam sirah dan hadis-hadis yang shahih. Tidak ada satu hadis pun yang mencakup semua peristiwa dalam perjalanan mulia ini, tetapi ada berbagai hadis yang masing-masing menyebutkan sebagian atau aspek tertentu dari kejadian tersebut.
Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Al-Mawahib Al-Ladunniyah menghitung bahwa terdapat 26 sahabat dan sahabiyah yang meriwayatkan kisah Isra’ dan Mi’raj. Oleh karena itu, hadis ini termasuk hadis mutawatir, ditambah lagi dengan penegasan Al-Qur’an dalam surah Al-Isra’ dan An-Najm.
Kaum muslimin jama’ah jumat rahimakumullah
Dalam perjalanan mulia Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad ﷺ diperlihatkan berbagai hal luar biasa, termasuk nikmat surga dan siksaan neraka. Salah satu nikmat yang beliau saksikan adalah sungai Al-Kautsar, yang diberikan Allah sebagai anugerah khusus untuk Nabi ﷺ.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Ketika aku berjalan di surga, aku melihat sebuah sungai yang di tepinya terdapat kubah-kubah dari mutiara berongga. Aku bertanya, ‘Apa ini, wahai Jibril?’ Dia menjawab, ‘Inilah Al-Kautsar yang diberikan Rabbmu kepadamu.’ Dan tanahnya (lumpur atau wanginya) adalah kesturi yang paling harum.” (HR. Bukhari)
Sebaliknya, Nabi ﷺ juga diperlihatkan kondisi sebagian penghuni neraka. Salah satu golongan yang diazab adalah mereka yang gemar menggunjing dan mencela kehormatan kaum muslimin.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku dari tembaga. Mereka mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Aku bertanya, ‘Siapa mereka, wahai Jibril?’ Dia menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan mencela kehormatan.’” (HR. Abu Dawud)
Dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad ﷺ juga diperlihatkan sekelompok orang yang lidah dan bibir mereka dipotong dengan gunting dari api neraka. Mengenai mereka, Jibril ‘alaihissalam menjelaskan, “Mereka adalah para khatib (penceramah) dari umatmu di dunia. Mereka memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan, tetapi mereka melupakan diri mereka sendiri, padahal mereka membaca kitab (Al-Qur’an). Apakah mereka tidak berpikir?” (HR. Ahmad, disahihkan oleh Al-Albani)
Jamaah Jumat yang berbahagia
Demikian khutbah pertama, inilah beberapa hal tentang isra’ wal mi’raj , meskipun masih banyak sebenarnya, tapi karena waktu yang membatasi kita.
Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita semua bersama Nabi kita Muhammad ﷺ di surga firdaus kelak, jangan lupa doakan kebaikan untuk pemimpin kita, dan kemenangan bagi saudara-saudari kita di Palestina, semoga Allah mewafatkan kita semua dalam keadaan husnul khatimah, aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبۡحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا یَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
Penulis: Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia